Prajurit berani Mati dalam Sejarah Dunia
mungkin itu selogan pembelaan yang
sangat seram yang bisa membuat kita bergidik. arti dari berani mati itu
adalah rela memberikan nafas dan jiwanya terhadap sesuatu yang
dibelanya. Prajurit jaman dahulu memberikan seluruh jiwa raganya untuk
bertempur membela negara tanpa memberikan surat "disposisi" kebawahannya
atau ke yang lain ;) namun diantara yang sempat tercatat disejarah,
anehdidunia.com merangkum beberapa prajurit pemberani yang rela mati di
medan perang. Bayangkan .... Berani Mati!!
Thomas A. Baker (1944)
Sersan Baker adalah bagian dari gabungan angkatan darat & laut Amerika Serikat yang ditugasin buat merebut pulau Mariana Saipan dari tangan Jepang. Di satu hari saat beberapa pasukannya terdesak serangan senapan mesin dari musuh, baker mengambil sebuah peluncur roket berlari beberapa meter menuju bunker tentara jepang, dan.. Duarrr! Satu tembakan roket membuat bunker kecil itu hancur rata dengan tanah.
Saat hari terakhirnya, Baker menyadari kalau dia beserta pasukannya kini berhadapan sama 5.000 lebih tentara jepang bersenjata lengkap + bayonet. Terkepung dari tiga arah sekaligus, baker bersiap untuk melakukan serangan.
Gelombang serangan pertama dari tentara jepang membuatnya mendapatkan luka yang cukup serius, saat pelurunya habis dia menggunakan apapun yang ada didepannya sebagai senjata, bahkan dia sempat menghajar beberapa musuh dengan tangan kosong. Karena terluka parah, Baker lalu ditandu dari medan pertempuran. Saat itu hampir semua tentara Amerika terpaksa dipukul mundur, tapi Baker rupanya menyadari dirinya yang terluka hanya akan memperlambat pasukannya. Satu permintaan terakhir, dia minta diturunkan dan dibaringkan kebelakang pohon, berbekal sepucuk pistol Colt 1911 terisi 8 peluru penuh dia menyuruh semua pasukannya untuk segera mundur secepat mungkin.
Saat Amerika berhasil merebut pulau Saipan dibulan itu juga, mereka menemukan jasad Baker masih bersender di tempat yang sama saat mereka tinggalkan. Pistol Colt 1911 yang dipegangnya telah kosong. Didepannya kini tergeletak 8 tentara Jepang yang tewas, sama seperti jumlah peluru yang dimiliki baker disaat terakhirnya..
Frank Luke (1918)
Pada waktu perang dunia pertama karena teknologi belum canggih, balon udara biasa oleh Jerman digunakan sebagai alat pengintai. Diliat dari fisiknya sih sebenarnya alat pengintai ini lumayan empuk tapi karena dilindungi satu skuadron pesawat tempur dan pasukan artileri antiudara, usaha untuk menghancurkannya bisa jadi perbedaan antara hidup dan mati.
Frank Luke adalah salah satu dari sekian pilot pesawat tempur amerika yang mempunyai reputasi terbaik untuk urusan yang satu ini. Bahkan dalam 10 kali penerbangan dia sempat menjatuhkan 14 balon pengintai dan 4 pesawat tempur musuh. 1 rekor yang tak terkalahkan selama perang dunia pertama.
Penerbangan terakhir luke terjadi di Murvaux, Perancis tahun 1918. Sendirian dalam jantung pertahanan musuh dia berniat untuk menjatuhkan sekumpulan balon udara yg ada didepannya. Dimulai dengan terbang rendah, dia berhasil menjatuhkan dua balon udara pertamanya. Saat berusaha menghindari serangan dari artileri anti udara dan tembakan senapan mesin, 1 skuadron pesawat tempur musuh menukik dari atas dan siap untuk mengejarnya.
Terkepung baik di darat dan di udara tidak menyurutkan niat Luke untuk terus menyerang. Setelah menghindari beberapa serangannya akhirnya dia berhasil menjatuhkan balon ke tiga dan seterusnya. Pada saat yang bersamaan Luke sebenarnya sudah terluka parah, rentetan tembakan senapan mesin dari sebuah bukit rupanya telah menembus badan pesawat dan mengenai punggungnya. Memastikan kalau tidak ada lagi balon udara yang terbang, Luke lalu memutuskan untuk mendarat darurat disatu lapangan terbuka.
Setelah berhasil mendarat menyadari kini dia dah tidak bisa kemana-mana lagi dan terkepung dari segala penjuru, Luke memutuskan untuk tidak mati begitu aja. Terluka parah ia mengeluarkan pistol Colt Model 1911 miliknya lalu menembak beberapa tentara Jerman yang ada didepannya sebelum akhirnya tewas karena luka tembak didada dan punggungnya
Ia menjadi penerbang pesawat tempur amerika pertama yang dianugerahi medali kehormatan "Medal Of Honor".
Saito Musashibo Benkei (1189)
Benkei adalah seorang raksasa yang sangat kuat. Pada waktu itu dia bergabung dengan kuil lalu menjadi biarawan. Namun dia bukan biarawan seperti pada pada umumnya yang rajin berdoa dan sembahyang didalam kuil dan tentunya tidak berhubungan dengan segala sesuatu yang berbau kontak fisik. Dulu biara atau kuil tidak cuma dijadiin sebagai tempat spiritual aja tapi juga dijadiin sebagai pusat budaya, administrasi dan militer. Karena tidak cocok, beberapa waktu kemudian Benkei berhenti dan memutuskan untuk menjadi Yamabushi, yakni sebuah tradisi lama yang meyakini kekuatan supranatural dapat membuat seorang menjadi pendekar yang kuat.
Disebuah daerah di Kyoto dia menantang siapapun pendekar pedang terkuat untuk mengalahkannya. Lebih dari 999 pedang dah dia kumpulin sebelum akhirnya seseorang bernama Minamoto No Yoshitsune mengalahkannya. Sebagai tanda bukti kekalahannya Benkei lalu bergabung dengan Yoshitsune dan berperang melawan Klan Taira.
Semua berjalan baik, kesuksesan demi kesuksesan diraih duo itu, sebelum pada akhirnya saudara tertua Yoshitsune, Minamoto No Yoritomo karena cemburu memfitnah Yoshitsune sebagai pengkhianat. Mengetahui segalanya akan segera berakhir, Yoshitsune memutuskan kalau jalan terbaik mengakhiri semua ini adalah dengan melakukan ritual Sepukku yang tidak lain adalah ritual bunuh diri. Supaya ritual ini lancar, benkei lalu menjaga istana tempat Yoshitsune berada
Telah terkepung dari segala penjuru, Benkei menjaga satu-satunya gerbang utama memastikan tidak akan ada siapapun yang bisa lewat. Satu persatu prajurit mencoba maju untuk melawan, namun tidak ada satupun yang bisa lewat karena semuanya tewas di tangan Bengkei. Dengan segala kekuatannya Benkei menghabisi siapa saja yang mencoba lewat. Memberikan waktu bagi Yoshitsune untuk menyelesaikan ritual bunuh diri nya.
Menyadari prajurit yang maju itu tidak ada yang berhasil, pasukan musuh memutuskan untuk menembakkan hujan panah ke arah Benkei. Puluhan panah berhasil menembus badannya, but you know what?? Benkei tidak langsung roboh, butuh beberapa waktu untuk menyadari kalau ternyata Benkei sudah mati walaupun dalam keadaan berdiri. By the time they realize, they were to late..
Yoshitsune sudah melakukan ritualnya dan dia mati dalam keadaan terhormat
Vikings Di Jembatan Stamford (1066)
Pada tahun 1066, waktu itu sejumlah Viking yang memutuskan untuk istirahat sejenak sebelum melakukan invasi disergap oleh pasukan Inggris ditempat yang dikenal dengan Jembatan Stamford. Karena diserang tiba-tiba, mereka tidak sempat melakukan persiapan dan seluruh peralatan mereka masih tertinggal di kapal.
Kelompok Viking yang terserang terbagi dua, satu disisi timur dan yang satu lagi di sisi barat jembatan. Setelah menghabisi kelompok yang berada disisi timur, kelompok pasukan Inggris itu lalu memutuskan untuk menghabisi kelompok lainnya yang ada disebelah barat.
Saat mereka mencoba menyebrangi jembatan itulah, seorang Viking bertubuh besar lengkap dengan kapak ditanggannya telah berdiri, bersiap membunuh siapa saja yang mencoba melewatinya. Viking ini ternyata bukan prajurit sembarangan, dengan kapak miliknya nya ia bisa menghancurkan baju jirah, helm dan perisai layaknya sepotong tahu, sabetan pedang pun tidak membuatnya roboh, bahkan dia seperti tidak merasakan sakit sama sekali! Puluhan prajurit Inggris pun tewas satu persatu, perlahan demi perlahan mereka kewalahan. Mereka tidak bisa melewati jembatan selama Monster Viking itu berada di atasnya..
Sampai akhirnya salah prajurit menemukan kelemahan si Viking itu. Dia lalu diam-diam menyiapkan perahu dan berenang menuju bawah jembatan. Mungkin karena sibuk menghajar orang didepannya, si Viking itu tidak menyadari kalau ada musuh berada tepat dibawah tempat dia berdiri. Dengan satu tusukan, tombak pun menembus jembatan dan tepat menusuk selangkangan si Viking serangan vital ini membuat Viking itu roboh, lalu dengan sigap pasukan Inggris pun mengeroyok si Viking yang telah sekarat itu hingga tewas..
Pertempuran ini akhirnya dimenangkan oleh Inggris, dan lebih dari 6000 Viking tewas. Peristiwa ini kemudian menjadi apa yang dikenal dengan sebutan "Akhir Bangsa Viking
Dian Wei (197)
yang udah sering baca cerita Three Kingdoms pasti tahu yang namanya Cao-Cao kan. Jadinya dulu di jaman Dinasti Wei, Dian adalah salah satu perwira prajurit yang punya reputasi terbaik, dan ternyata Cao-Cao tertarik lalu menjadikan dia sebagai salah satu pengawal pribadinya.
Pada saat pertempuran Wancheng tahun 197 m, Dian berhasil menghabisi satu pasukan musuh di suatu pertempuran. Rupanya hal itu membuat para penguasa daerah sekitar marah. Mereka lalu merencanakan sebuah serangan mendadak ke kamp milik Cao Cao. Saat segerombolan pasukan siap melancarkan serangan, mereka menemukan Dian Wei dan beberapa prajurit sudah menghadang di depan gerbang lengkap dengan sepasang kapak besar di tangannya.
Pertarungan pun terjadi, Dian dengan kapaknya menebas semua orang yang ada didepannya setelah sekitar puluhan orang mati. Wait, its not enough.. Merasa belum puas, ia lalu melepaskan kapak nya dan dengan tangan kosong dia menggunakan mayat musuh sebagai senjata, ya jadi sepasang double stick gitu..Melempar dan menghajar habis-habisan tanpa ampun.
Namun karena kalah jumlah, prajurit yang membantu Dian mulai gugur satu persatu. Dian pun juga telah terluka parah akibat beberapa serangan musuh. Dia sempat menghajar beberapa orang sampai mati sebelum dia sendiri akhirnya tewas karena kehabisan darah. Memastikan bahwa dia telah mati, pasukan musuh lalu memenggal kepalanya.
Kematian Dian Wei tidak sia-sia, Cao Cao berhasil kabur dan memutuskan untuk berperang kemudian hari. Dia lalu berhasil menguasai hampir keseluruhan Cina dengan tangannya sendiri dan secara langsung mengakhiri jaman Tiga Dinasti.
Beberapa sejarah mengatakan, setelah mendengar kematian Dian Wei, Cao Cao sangat merasa kehilangan. Ia lalu memerintahkan beberapa pesuruhnya untuk mencuri mayat Dian Wei supaya dia bisa dikubur dengan layak. Setiap kali Cao Cao melewati makamnya dia selalu bersedih, demi mengingat jasa-jasanya Cao Cao mengangkat lalu anak Dian Wei yang bernama Dian Man menjadi mayor komandan.
Sempronius Densus (69 sm)
Densus adalah seorang veteran perang yang kemudian menjabat sebagai pengawal pribadi Kaisar Galba. Satu hal yang perlu dicatat adalah kalau Densus tidak mengetahui seluk beluk sang kaisar secara penuh (sepertinya sih emang dia tidak perduli, yang penting dedikasi kerja :d). Yang dia tahu adalah bahwa profesinya adalah untuk menjaga kaisar dari berbagai bentuk serangan dengan cara apapun.
Well, saat itu ternyata sedang terjadi pemberontakan di kerajaan. Para prajurit yang ada semuanya menjadi pemberontak, di otak mereka hanya ada satu "Kaisar Galba Harus Mati!". Densus yang waktu itu bertugas menjaga istana kemudian melihat sekerumunan prajurit pemberontak dengan tampang bengis berjalan menuju istana. Mencium sesuatu yang tidak beres ia lalu mencoba menghalau sekerumunan orang itu dengan tongkat kayunya dan memerintahkan mereka semua untuk mundur.
Menyadari kalau kerumunan orang haus darah itu tidak akan takut cuma karena sebatang tongkat, dia lalu menghunuskan Pugio miliknya (pugio itu sebuah pisau yang panjangnya tidak lebih dari setengah pedang prajurit Romawi) dan berteriak sekali lagi memerintahkan mereka untuk mundur. Namun rupanya para pemberontak itu tetep maju dan Densus tidak ada pilihan lain..
Hampir terkepung, Densus melawan seluruh bala tentara itu sendirian. Dengan pengalamannya sebagai veteran perang dia membabat habis semua orang yang tetep berusaha maju, sebelumnya akhirnya sebuah serangan dari salah satu pemberontak mengenai kakinya dan membuat dia terjatuh lalu dikeroyok ramai-ramai hi tidak tewas. Apes bagi Galba, saat bersiap untuk melarikan diri. Sang pembawa kereta rupanya sudah kabur duluan. Terjebak dan tak ada jalan keluar, Galba akhirnya tewas di keroyok juga oleh pemberontak, kepalanya dipotong lalu diarak sekeliling kota.
Tidak ada yang tahu bagaimana nasib mayat Densus waktu itu, kalau dipikir-pikir kayanya sih nasibnya tidak jauh beda sama si Galba, tapi sampai saat ini tidak ada yang menyangka kalo ternyata ada orang yang berani melawan ratusan orang sendirian dengan hanya menggunakan sebilah pisau.
Sersan Baker adalah bagian dari gabungan angkatan darat & laut Amerika Serikat yang ditugasin buat merebut pulau Mariana Saipan dari tangan Jepang. Di satu hari saat beberapa pasukannya terdesak serangan senapan mesin dari musuh, baker mengambil sebuah peluncur roket berlari beberapa meter menuju bunker tentara jepang, dan.. Duarrr! Satu tembakan roket membuat bunker kecil itu hancur rata dengan tanah.
Saat hari terakhirnya, Baker menyadari kalau dia beserta pasukannya kini berhadapan sama 5.000 lebih tentara jepang bersenjata lengkap + bayonet. Terkepung dari tiga arah sekaligus, baker bersiap untuk melakukan serangan.
Gelombang serangan pertama dari tentara jepang membuatnya mendapatkan luka yang cukup serius, saat pelurunya habis dia menggunakan apapun yang ada didepannya sebagai senjata, bahkan dia sempat menghajar beberapa musuh dengan tangan kosong. Karena terluka parah, Baker lalu ditandu dari medan pertempuran. Saat itu hampir semua tentara Amerika terpaksa dipukul mundur, tapi Baker rupanya menyadari dirinya yang terluka hanya akan memperlambat pasukannya. Satu permintaan terakhir, dia minta diturunkan dan dibaringkan kebelakang pohon, berbekal sepucuk pistol Colt 1911 terisi 8 peluru penuh dia menyuruh semua pasukannya untuk segera mundur secepat mungkin.
Saat Amerika berhasil merebut pulau Saipan dibulan itu juga, mereka menemukan jasad Baker masih bersender di tempat yang sama saat mereka tinggalkan. Pistol Colt 1911 yang dipegangnya telah kosong. Didepannya kini tergeletak 8 tentara Jepang yang tewas, sama seperti jumlah peluru yang dimiliki baker disaat terakhirnya..
Frank Luke (1918)
Pada waktu perang dunia pertama karena teknologi belum canggih, balon udara biasa oleh Jerman digunakan sebagai alat pengintai. Diliat dari fisiknya sih sebenarnya alat pengintai ini lumayan empuk tapi karena dilindungi satu skuadron pesawat tempur dan pasukan artileri antiudara, usaha untuk menghancurkannya bisa jadi perbedaan antara hidup dan mati.
Frank Luke adalah salah satu dari sekian pilot pesawat tempur amerika yang mempunyai reputasi terbaik untuk urusan yang satu ini. Bahkan dalam 10 kali penerbangan dia sempat menjatuhkan 14 balon pengintai dan 4 pesawat tempur musuh. 1 rekor yang tak terkalahkan selama perang dunia pertama.
Penerbangan terakhir luke terjadi di Murvaux, Perancis tahun 1918. Sendirian dalam jantung pertahanan musuh dia berniat untuk menjatuhkan sekumpulan balon udara yg ada didepannya. Dimulai dengan terbang rendah, dia berhasil menjatuhkan dua balon udara pertamanya. Saat berusaha menghindari serangan dari artileri anti udara dan tembakan senapan mesin, 1 skuadron pesawat tempur musuh menukik dari atas dan siap untuk mengejarnya.
Terkepung baik di darat dan di udara tidak menyurutkan niat Luke untuk terus menyerang. Setelah menghindari beberapa serangannya akhirnya dia berhasil menjatuhkan balon ke tiga dan seterusnya. Pada saat yang bersamaan Luke sebenarnya sudah terluka parah, rentetan tembakan senapan mesin dari sebuah bukit rupanya telah menembus badan pesawat dan mengenai punggungnya. Memastikan kalau tidak ada lagi balon udara yang terbang, Luke lalu memutuskan untuk mendarat darurat disatu lapangan terbuka.
Setelah berhasil mendarat menyadari kini dia dah tidak bisa kemana-mana lagi dan terkepung dari segala penjuru, Luke memutuskan untuk tidak mati begitu aja. Terluka parah ia mengeluarkan pistol Colt Model 1911 miliknya lalu menembak beberapa tentara Jerman yang ada didepannya sebelum akhirnya tewas karena luka tembak didada dan punggungnya
Ia menjadi penerbang pesawat tempur amerika pertama yang dianugerahi medali kehormatan "Medal Of Honor".
Saito Musashibo Benkei (1189)
Benkei adalah seorang raksasa yang sangat kuat. Pada waktu itu dia bergabung dengan kuil lalu menjadi biarawan. Namun dia bukan biarawan seperti pada pada umumnya yang rajin berdoa dan sembahyang didalam kuil dan tentunya tidak berhubungan dengan segala sesuatu yang berbau kontak fisik. Dulu biara atau kuil tidak cuma dijadiin sebagai tempat spiritual aja tapi juga dijadiin sebagai pusat budaya, administrasi dan militer. Karena tidak cocok, beberapa waktu kemudian Benkei berhenti dan memutuskan untuk menjadi Yamabushi, yakni sebuah tradisi lama yang meyakini kekuatan supranatural dapat membuat seorang menjadi pendekar yang kuat.
Disebuah daerah di Kyoto dia menantang siapapun pendekar pedang terkuat untuk mengalahkannya. Lebih dari 999 pedang dah dia kumpulin sebelum akhirnya seseorang bernama Minamoto No Yoshitsune mengalahkannya. Sebagai tanda bukti kekalahannya Benkei lalu bergabung dengan Yoshitsune dan berperang melawan Klan Taira.
Semua berjalan baik, kesuksesan demi kesuksesan diraih duo itu, sebelum pada akhirnya saudara tertua Yoshitsune, Minamoto No Yoritomo karena cemburu memfitnah Yoshitsune sebagai pengkhianat. Mengetahui segalanya akan segera berakhir, Yoshitsune memutuskan kalau jalan terbaik mengakhiri semua ini adalah dengan melakukan ritual Sepukku yang tidak lain adalah ritual bunuh diri. Supaya ritual ini lancar, benkei lalu menjaga istana tempat Yoshitsune berada
Telah terkepung dari segala penjuru, Benkei menjaga satu-satunya gerbang utama memastikan tidak akan ada siapapun yang bisa lewat. Satu persatu prajurit mencoba maju untuk melawan, namun tidak ada satupun yang bisa lewat karena semuanya tewas di tangan Bengkei. Dengan segala kekuatannya Benkei menghabisi siapa saja yang mencoba lewat. Memberikan waktu bagi Yoshitsune untuk menyelesaikan ritual bunuh diri nya.
Menyadari prajurit yang maju itu tidak ada yang berhasil, pasukan musuh memutuskan untuk menembakkan hujan panah ke arah Benkei. Puluhan panah berhasil menembus badannya, but you know what?? Benkei tidak langsung roboh, butuh beberapa waktu untuk menyadari kalau ternyata Benkei sudah mati walaupun dalam keadaan berdiri. By the time they realize, they were to late..
Yoshitsune sudah melakukan ritualnya dan dia mati dalam keadaan terhormat
Vikings Di Jembatan Stamford (1066)
Pada tahun 1066, waktu itu sejumlah Viking yang memutuskan untuk istirahat sejenak sebelum melakukan invasi disergap oleh pasukan Inggris ditempat yang dikenal dengan Jembatan Stamford. Karena diserang tiba-tiba, mereka tidak sempat melakukan persiapan dan seluruh peralatan mereka masih tertinggal di kapal.
Kelompok Viking yang terserang terbagi dua, satu disisi timur dan yang satu lagi di sisi barat jembatan. Setelah menghabisi kelompok yang berada disisi timur, kelompok pasukan Inggris itu lalu memutuskan untuk menghabisi kelompok lainnya yang ada disebelah barat.
Saat mereka mencoba menyebrangi jembatan itulah, seorang Viking bertubuh besar lengkap dengan kapak ditanggannya telah berdiri, bersiap membunuh siapa saja yang mencoba melewatinya. Viking ini ternyata bukan prajurit sembarangan, dengan kapak miliknya nya ia bisa menghancurkan baju jirah, helm dan perisai layaknya sepotong tahu, sabetan pedang pun tidak membuatnya roboh, bahkan dia seperti tidak merasakan sakit sama sekali! Puluhan prajurit Inggris pun tewas satu persatu, perlahan demi perlahan mereka kewalahan. Mereka tidak bisa melewati jembatan selama Monster Viking itu berada di atasnya..
Sampai akhirnya salah prajurit menemukan kelemahan si Viking itu. Dia lalu diam-diam menyiapkan perahu dan berenang menuju bawah jembatan. Mungkin karena sibuk menghajar orang didepannya, si Viking itu tidak menyadari kalau ada musuh berada tepat dibawah tempat dia berdiri. Dengan satu tusukan, tombak pun menembus jembatan dan tepat menusuk selangkangan si Viking serangan vital ini membuat Viking itu roboh, lalu dengan sigap pasukan Inggris pun mengeroyok si Viking yang telah sekarat itu hingga tewas..
Pertempuran ini akhirnya dimenangkan oleh Inggris, dan lebih dari 6000 Viking tewas. Peristiwa ini kemudian menjadi apa yang dikenal dengan sebutan "Akhir Bangsa Viking
Dian Wei (197)
yang udah sering baca cerita Three Kingdoms pasti tahu yang namanya Cao-Cao kan. Jadinya dulu di jaman Dinasti Wei, Dian adalah salah satu perwira prajurit yang punya reputasi terbaik, dan ternyata Cao-Cao tertarik lalu menjadikan dia sebagai salah satu pengawal pribadinya.
Pada saat pertempuran Wancheng tahun 197 m, Dian berhasil menghabisi satu pasukan musuh di suatu pertempuran. Rupanya hal itu membuat para penguasa daerah sekitar marah. Mereka lalu merencanakan sebuah serangan mendadak ke kamp milik Cao Cao. Saat segerombolan pasukan siap melancarkan serangan, mereka menemukan Dian Wei dan beberapa prajurit sudah menghadang di depan gerbang lengkap dengan sepasang kapak besar di tangannya.
Pertarungan pun terjadi, Dian dengan kapaknya menebas semua orang yang ada didepannya setelah sekitar puluhan orang mati. Wait, its not enough.. Merasa belum puas, ia lalu melepaskan kapak nya dan dengan tangan kosong dia menggunakan mayat musuh sebagai senjata, ya jadi sepasang double stick gitu..Melempar dan menghajar habis-habisan tanpa ampun.
Namun karena kalah jumlah, prajurit yang membantu Dian mulai gugur satu persatu. Dian pun juga telah terluka parah akibat beberapa serangan musuh. Dia sempat menghajar beberapa orang sampai mati sebelum dia sendiri akhirnya tewas karena kehabisan darah. Memastikan bahwa dia telah mati, pasukan musuh lalu memenggal kepalanya.
Kematian Dian Wei tidak sia-sia, Cao Cao berhasil kabur dan memutuskan untuk berperang kemudian hari. Dia lalu berhasil menguasai hampir keseluruhan Cina dengan tangannya sendiri dan secara langsung mengakhiri jaman Tiga Dinasti.
Beberapa sejarah mengatakan, setelah mendengar kematian Dian Wei, Cao Cao sangat merasa kehilangan. Ia lalu memerintahkan beberapa pesuruhnya untuk mencuri mayat Dian Wei supaya dia bisa dikubur dengan layak. Setiap kali Cao Cao melewati makamnya dia selalu bersedih, demi mengingat jasa-jasanya Cao Cao mengangkat lalu anak Dian Wei yang bernama Dian Man menjadi mayor komandan.
Sempronius Densus (69 sm)
Densus adalah seorang veteran perang yang kemudian menjabat sebagai pengawal pribadi Kaisar Galba. Satu hal yang perlu dicatat adalah kalau Densus tidak mengetahui seluk beluk sang kaisar secara penuh (sepertinya sih emang dia tidak perduli, yang penting dedikasi kerja :d). Yang dia tahu adalah bahwa profesinya adalah untuk menjaga kaisar dari berbagai bentuk serangan dengan cara apapun.
Well, saat itu ternyata sedang terjadi pemberontakan di kerajaan. Para prajurit yang ada semuanya menjadi pemberontak, di otak mereka hanya ada satu "Kaisar Galba Harus Mati!". Densus yang waktu itu bertugas menjaga istana kemudian melihat sekerumunan prajurit pemberontak dengan tampang bengis berjalan menuju istana. Mencium sesuatu yang tidak beres ia lalu mencoba menghalau sekerumunan orang itu dengan tongkat kayunya dan memerintahkan mereka semua untuk mundur.
Menyadari kalau kerumunan orang haus darah itu tidak akan takut cuma karena sebatang tongkat, dia lalu menghunuskan Pugio miliknya (pugio itu sebuah pisau yang panjangnya tidak lebih dari setengah pedang prajurit Romawi) dan berteriak sekali lagi memerintahkan mereka untuk mundur. Namun rupanya para pemberontak itu tetep maju dan Densus tidak ada pilihan lain..
Hampir terkepung, Densus melawan seluruh bala tentara itu sendirian. Dengan pengalamannya sebagai veteran perang dia membabat habis semua orang yang tetep berusaha maju, sebelumnya akhirnya sebuah serangan dari salah satu pemberontak mengenai kakinya dan membuat dia terjatuh lalu dikeroyok ramai-ramai hi tidak tewas. Apes bagi Galba, saat bersiap untuk melarikan diri. Sang pembawa kereta rupanya sudah kabur duluan. Terjebak dan tak ada jalan keluar, Galba akhirnya tewas di keroyok juga oleh pemberontak, kepalanya dipotong lalu diarak sekeliling kota.
Tidak ada yang tahu bagaimana nasib mayat Densus waktu itu, kalau dipikir-pikir kayanya sih nasibnya tidak jauh beda sama si Galba, tapi sampai saat ini tidak ada yang menyangka kalo ternyata ada orang yang berani melawan ratusan orang sendirian dengan hanya menggunakan sebilah pisau.
Agis III Of Sparta (331 sm)
Pada tahun 338 SM Agis menggantikan posisi ayahnya sebagai raja, saat
itu kebetulan Alexander Yang Agung lagi berperang dengan Kaisar Darius
III. Karena dipikir sama Agis waktu ini adalah waktu yang tepat untuk
meluaskan daerah kekuasaan, ia lalu membangun satu bala tentara dan
mulai memobilisasi prajuritnya ke Athena, Yunani.
Karena dipikir-pikir ini bukan sembarang orang, Alexander lalu
mengirimkan beberapa jendral terbaiknya beserta 40.000 prajurit untuk
menahan laju para Spartans itu. Di sebuah medan pertempuran, tepatnya di
luar kota Megalopolis dua kubu itu lalu bertemu dan menjadikannya salah
satu peperangan terbesar sepanjang sejarah Yunani.
Walaupun tidak sebanding hampir 2 lawan 1. Agis rupanya pantang mundur,
ia terus maju menghajar semua orang yang ada didepan tidak perduli
seberapa banyak kerumunan itu, sebelum akhirnya ia mendapatkan luka
parah disekujur dada, kepala dan kaki.
Karena dikira pemimpinnya sudah mati, beberapa pengawal Agis kemudian
mengevakuasi tubuhnya ke pinggir daerah pertempuran. Tapi ternyata Agis
masih mempunyai sedikit kekuatan, ia bangung lalu melihat sekelilingnya.
Dia berpikir kalau dia tidak akan membiarkan dirinya terbaring disini
sementara prajuritnya berjuang mati-matian melawan musuh. Dia lalu
memerintahkan anak buahnya untuk mundur sementara ia menahan laju
serangan musuh, sendirian..
Hampir tidak bisa berdiri dan berlumuran darah, Agis menggunakan
sisa-sisa kekuatan terakhirnya. Ia lalu mengambil pedang dan perisai
miliknya dan maju kembali menahan serangan musuh. Para Macedonians itu
lalu mundur perlahan-lahan, menyadari tidak ada seseorang yang berani
mendekatinya. Salah satu jenderal memerintahkan anak buahnya untuk
melempar sebuah tombak, dan tidak disangka tombak itu tepat mengenai
badan agis dan dia tewas seketika. Pengorbanan pun agis tidak sia-sia,
sebagian prajuritnya yang bertahan berhasil mundur dengan selamat..
Kalau diliat ternyata kisah Baker mirip sama Agis yah, sama-sama
mementingkan nyawa pasukan daripada keselamatan dirinya sendiri. Sekali
lagi, salut buat kedua orang ini.
Sumber Klik Disini!
0 komentar: