Pengetahuan tentang Alam Barzah
Adakah yang mengetahui tentang arwah
(ruh-ruh) orang yang sudah berada di alam barzakh? Tak seorang pun yang
mengetahuinya, kecuali Allah Swt memberikan rido-Nya! Kalau ada
seseorang yang mengetahui sebatas mengaku-aku, maka itu adalah pasti
dusta atau kebohongan yang sangat nyata. Allah Azza wa Jalla hanya
menghendaki pengetahuan tentang ruh kepada orang-orang yang sudah
mencapai derajat diperkenankan! Yaitu suatu maqam didekatkan (muqarrabin)
karena kecintaan dirinya kepada-Nya! Seorang pecinta kepada Tuhannya,
pasti senantiasa merindukan Sang Kholik mencintai dirinya. Adalah benar
bahwa Allah Swt telah berjanji:
“Karena itu, ingatlah kamu
kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku,
dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)–Ku” (Q.S. Al-Baqarah : 152).
Atas derajat kecintaan seorang hamba kepada Mawla-Nya, maka segala rahasia atas kekuasaan-Nya dibukakan! Allah Swt pasti menepati janji-Nya! Baginya juga dianugerahi Al-Hikmah! Dengan Al-Hikmah itu,
dia mengetahui sesuatu yang belum pernah dia ketahui sebelumnya dan
melihat sesuatu yang belum pernah dia lihat sebelumnya. Inilah
kemahabijaksanaan Allah Azza wa Jalla.
“Dan mereka bertanya kepadamu
tentang ruh. Katakanlah: "Ruh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah
kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit" (Q.S. Al-Israa’ : 85).
Ayat ini menjelaskan perkara ruh
sebagai perkara yang hanya Allah sajalah yang mengurusnya, bukan
termasuk perkara yang diurus oleh manusia. Karena itu, tidak ada seorang
manusia pun dapat mengerti bagaimana sesungguhnya ruh itu.
Allah Swt, sebagai Tuhan Yang Maha Bijaksana, di sisi lain, menyatakan bersamaan dengan penegasan-Nya tentang ruh tersebut: “Allah
bermaksud memberi tahukan kepada orang-orang yang meyakini akan
keberadaan Allah Yang Maha Goib tentang perkara ruh dalam pengetahuan
yang sedikit.”
Adalah kemahabijaksanaan-Nya
sekiranya ada orang-orang yang takut dan merendahkan diri di dalam
kekuasaan-Nya mengerti tentang perkara ruh. Siapa pun, sepanjang dia
adalah seorang yang meyakini ada-Nya Yang Maha Goib sebagai Tuhannya di
luar kemampuan logisnya dan menunjukkan dirinya sebagai seorang manusia
yang takut dan merendahkan diri (takwa) kepada-Nya, maka akan berlaku
baginya.
Aturan atau ketentuan-ketentuan Allah
Swt dapat diikuti oleh kaum mukmin yang bergairah untuk mengenal lebih
dekat akan diri-Nya! Siapa yang mengenal diri (nya) pasti Dia akan
menunjukkan bagaimana diri (Nya)! Allah Swt akan mengajarkan dan
menunjuki jalan-jalan-Nya sebagaimana yang pernah dilalui oleh para nabi
dan solihin. Dia Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang berfirman:
“Allah hendak menerangkan
(hukum syariat-Nya) kepadamu, dan menunjukimu kepada jalan-jalan orang
yang sebelum kamu (para nabi dan salihin) dan (hendak) menerima tobatmu.
Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana" (Q.S. An-Nisa : 26).
Karena itu, ayat ini menunjukkan
perlunya menempuh perjalanan menuju kepada Dia Yang Maha Mulia lagi Maha
Bijaksana sekiranya sangat berharap mengenal diri (nya), sehingga akan
ditunjukkan bagaimana diri (Nya)! Ini adalah sebuah persyaratan yang
harus ditempuh bila ingin mengenal diri (ruh).
Allah bukanlah Tuhan Yang Tidak
Memiliki Keluasan Ilmu-Nya. Justru dengan ilmu-Nya, manusia yang beriman
dapat mengenal banyak hal, termasuk diri (nya). Pengetahuan manusia
sebenarnya hanyalah pijar atau cahaya yang dipantulkan dari cahaya-Nya
Yang Maha Mengetahui! Setiap ciptaan-Nya, termasuk langit dan bumi,
berasal dari cahaya-Nya. Allah adalah cahaya langit dan bumi!
“Allah (Pemberi) cahaya
(kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti
sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita
itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya)
seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak
berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur
(sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat (nya), yang minyaknya (saja)
hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas
cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang
Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi
manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu” (Q.S. An-Nuur : 35).
Cahaya Allah meliputi segala
sesuatu! Allah adalah Dia Yang Ilmu-Nya mencakup segala sesuatu! Maka,
Allah adalah Dia Yang Cahaya-Nya adalah ilmu-Nya yang meliputi segala
sesuatu! Untuk itu, manusia yang merupakan bagian dari segala sesuatu
itu, ada di dalam cahaya-Nya atau ilmu-Nya! Tak ada satu makhluk pun
yang tidak terjangkau oleh cahaya Allah atau ilmu Allah!
Sekiranya ada seorang mukmin yang
mendapati cahaya-Nya, karena telah berjumpa dengan-Nya (ma’rifat), dia
telah memperoleh pengetahuan Ilahiah! Adalah karena cahaya-Nya seorang
mukmin yang ‘Arif (ma’rifat) dapat menjangkau segala sesuatu sebagaimana
yang dikehendaki-Nya! Pengetahuan tentang ruh (diri) adalah sudah jelas
sebab diri (nya) adalah diri (Nya) yang berada di dalam kekuasaan-Nya!
Sebagai janji-Nya kepada seorang
hamba yang sudah diperkenankan, Allah Azza wa Jalla memperlihatkan
rahasia-Nya atas segala hal yang sulit dijangkau oleh pemahaman akal
yang selalu logis! Akal tak bakal mampu menjangkau pengetahuan ruh
(diri) sebelum mengimani ada-Nya Allah Yang Maha Goib dalam kedalaman
jiwa yang senantiasa merindu, mengharap, mendamba, membutuhkan,
menyandarkan dan tak pernah merasa ‘bisa’ ketika hadir di ‘Arasy-Nya! Ia ‘bisa’ karena cahaya-Nya: terang menembus jauh ke wilayah atau alam malakut.
Sampai di sini, seseorang yang telah dianugerahi Al-Hikmah mencapai suatu keadaan jiwa yang senantiasa bersama-Nya! Seorang ‘Arif Billah adalah seorang manusia yang adanya di dalam Dia! Ruh adalah milik-Nya, maka si faqir dengan seizin-Nya dapat memahaminya! Andaikan ada jin, ruh dan malaikat, maka si faqir sudah memahami kehadiran mereka!
Anda pasti merasakan betapa sulitnya untuk mengenal ketiganya! Anda belum dianugerahi Al-Hikmah! Kalau
telah mengenal ruh anda, maka Allah pasti menunjuki bagaimana anda
bersikap, berkata dan berbuat! Allah pasti menunjuki ada apa dan siapa
dalam wilayah yang tidak kasat mata. Cahaya-Nya yang menjadikan si faqir mengenali perbedaan ketiganya!
Arwah yang berada di alam barzakh dengan ‘mudah’ atas seizin-Nya dapat diketahui keberadaannya! Baginya (si faqir),
dengan kemahabesaran Allah, dapat berdialog secara langsung dengan
keadaan sadar! Bentuk tidaklah menjadi target untuk segera mengetahui
kehadirannya! Akan tetapi, sekilas tergambarkan, dengan seizin-Nya bila
si faqir menghendaki! Anda akan tetap sulit untuk membayangkannya
sepanjang tiadanya keyakinan dalam jiwa (diri, ruh atau hati) bahwa
Allah itu Maha Pengasih lagi Maha Penyayang dapat berbuat sebagaimana
yang dikehendaki-Nya!
Pengetahuan tentang ruh tidak
dapat dipelajari sebagaimana suatu pelajaran dalam kehidupan alam
realitas! Keberadaannya ‘tidak dapat’ diuji secara empiris seperti
menguji energi panas yang dapat mengembangkan suatu benda logam! Ruh ada
sebagaimana adanya di dalam kekuasaan-Nya! Pemahaman tentang
keberadaannya (ruh) adalah karena kebijaksanaan-Nya (Al-Hikmah)!
Alam Barzakh
Berbicara tentang alam barzakh (alam
penantian datangnya Hari Kiamat), sangat sedikit sumber yang mudah untuk
dijadikan rujukan. Ayat-ayat Al-Qur’an tidak menunjuk secara eksplisit
tentang keberadaan alam barzakh, selain adanya Hari Kemudian (Suatu Hari
Yang Pasti Kedatangannya). Namun demikian, ayat-ayat Allah sangat
menegaskan adanya kehidupan bagi orang-orang yang gugur (wafat) di
jalan-Nya (fi sabilillah).
“Dan janganlah kamu
mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka
itu) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak
menyadarinya” (Q.S. Al-Baqarah : 154).
Ayat ini sangat tegas menegaskan
adanya kehidupan suatu ruh dari orang-orang yang wafatnya karena berada
di jalan Allah! Gugur dalam teks ayat ini berkaitan dengan wafatnya
seorang yang beriman kepada Allah dalam suatu peristiwa berperangnya
antara kaum mukmin dengan orang-orang kafir atau kaum musyrik! Adakah
ayat ini tetap berlaku untuk kaum mukmin yang wafat di luar peperangan
(fisik)?
Allah Swt menurunkan ayat-ayat-Nya di
masa Rasulullah Saaw yang kondisinya memang diliputi adanya peperangan!
Allah Azza wa Jalla di beberapa ayat-Nya yang lain menggunakan istilah
jihad tetapi tidak menunjuk secara langsung tentang situasi perang!
Penggunaan istilah jihad juga dimaksudkan sebagai perjuangan melawan
kejahatan iblis laknatullah ‘alaih yang bersarang di dalam jiwa seseorang.
“Dan berjihadlah kamu pada
jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu
dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu
kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah
menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula)
dalam (Al Qur'an) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan
supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah
shalat, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia
adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik
Penolong” (Al-Hajj : 78).
Itulah sebabnya, sebagaimana
diriwayatkan oleh Al-Sukuni dari Abu ‘Abdillah Al-Shadiq (a.s.), ketika
Rasul Saaw melihat pasukan yang kembali dari sebuah peperangan, beliau
bersabda: “Selamat datang, wahai orang-orang yang telah melaksanakan jihad kecil, dan masih harus melaksanakan jihad akbar.” Ketika orang-orang bertanya tentang makna jihad akbar itu, Rasul Saaw menjawab: “Jihad melawan diri sendiri (jihad al-nafs)” (Khomeini, Imam, 40 hadis, 1992).
Allah Swt menyampaikan ayat-ayat-Nya
tidak sesempit dalam pemahaman lahiriah! Dia Yang Maha Mengetahui
mengajarkan kepada Rasul-Nya agar penggunaan kata jihad dapat dimaknai
secara meluas sebagai upaya untuk melawan musuh yang nyata (‘aduwwum mubin), yang tidak terjangkau oleh penglihatan (lahir) tetapi melakukan permusuhan yang sangat di dalam diri manusia.
Allah Swt sebagai Tuhan Yang
Maha Pencipta menyeru kepada kaum mukmin agar berjuang melawan kebatilan
yang dihembuskan setan di dada manusia. Perang melawan musuh di dalam
diri (iblis beserta pasukannya) lebih besar dan berat dibandingkan
dengan perang badar di zaman Rasul Saaw. Bahkan, perang semacam ini
tidak pernah selesai tanpa diperjuangkan dengan sungguh-sungguh oleh
kaum mujahid sampai dia benar-benar telah mampu, dengan pertolongan
Allah Azza wa Jalla, melumpuhkan musuh yang nyata tersebut dari jiwanya.
Andaikan mereka yang sedang
berjihad secara sungguh-sungguh di jalan Allah wafat jauh sebelum sampai
pada puncak perjalanan menuju kepada-Nya, maka Allah Swt menghargainya
sebagai orang yang gugur di jalan Allah (fi sabilillah). Baginya, Allah akan memberlakukan sebagaimana disebut oleh ayat 154 surat Al-Baqarah di atas dan juga ayat berikut:
“Janganlah kamu mengira bahwa
orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup
di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki” (Q.S. Ali Imron : 169).
Allah Swt menegaskan akan keberadaan
mereka sebagai orang yang ruhnya di alam barzakh (alam penantian)
‘hidup’ dan ‘di beri rezeki’ oleh Allah Azza wa Jalla. Kedudukannya di
sisi Allah sebagai kaum soleh (solihin)! Kedudukan ini menjamin
pahalanya dapat menyebabkan Allah Azza wa Jalla menyediakan rezeki di
alam barzakh! Anda tentu saja belum tahu bagaimana sebenarnya ruh
(arwah) itu? Anda sudah tentu mengerti jika fisik (jasad) anda, akan
tetapi bagaimanakah ruh itu, menikmati pemberian rezeki dari Allah!
Allah Azza wa Jalla berfirman
akan janji-Nya untuk menyediakan kenikmatan bagi siapa pun yang beriman
dan beramal soleh meninggal dunia (wafat) dengan sebuah taman (surga)!
Sebagaimana fisik (jasad) ketika hidup di alam dunia, maka ruh akan
mengambil bentuknya yang sangat halus dengan perwujudan lengkap manusia!
Gerak dan diamnya, juga sebagaimana jasad (fisik) saat masih di alam
dunia. Hanya saja, zatnya yang sangat halus itu menyebabkan tidak dapat
tersentuh oleh fisik (jasad) manusia yang hidup di alam dunia sekiranya
mereka, dengan seizin Allah, ‘hadir’ di alam realitas.
Anda boleh jadi tidak dapat
menerima pernyataan tersebut. Mana mungkin ruh dari alam barzakh ‘hadir’
ke alam realitas? Pertanyaan anda disebabkan karena anda sesungguhnya
tidak pernah menyadari, seperti disinggung ayat 154 surat Al-Baqarah,
bahwa ruh itu hidup dan, bagi yang gugur (wafat) di jalan Allah, diberi
rezeki (Q.S. Ali Imron : 169). Tentu saja semua itu, bila ruh itu
‘hadir’ di alam realitas, dengan seizin Allah Yang Maha Mulia lagi Maha
Bijaksana.
Dengan rezeki yang dianugerahkan
oleh Allah, mereka dapat mengunjungi serta mendo’akan anak keturunannya
yang masih hidup di alam dunia. Kunjungan mereka ke alam realitas akan
mengajak ruh (qolbu atau hati) anak keturunannya yang masih hidup lagi
berakhlak mulia (beriman dan bertakwa) untuk menjadi manusia yang
senantiasa tunduk dan patuh kepada Allah. Kehadiran mereka tidak dalam
bentuk (wujud) dirinya saat masih berada di alam dunia dengan jasad
wadagnya. Mereka merupakan zat yang sangat halus lagi tak dapat
dijangkau oleh penglihatan (mata) lahir orang yang masih hidup di alam
dunia, kecuali dengan seizin Allah dapat dilihat oleh kepekaan jiwanya
(hatinya).
Kedudukan ruh orang beriman lagi
beramal soleh (takwa) ditempatkan di suatu taman (surga) alam barzakh.
Kemungkinan anda masih penasaran, ‘Bukankah surga itu akan diberlakukan
sesudah yaumil akhir tiba, setelah adanya hari penghisaban?’ 'Lalu,
bagaimana mereka (arwah) itu sudah berada di surga?'
Kalau menyandarkan kepada ayat-ayat Allah, anda akan menemukan kesulitan mengungkap dengan akal (ra’yu)
sekiranya belum memperoleh petunjuk dari Dia Yang Maha Mengetahui.
Saya, insya Allah, dengan seizin-Nya akan mengungkap surga di alam
barzakh merujuk ayat-ayat Allah yang masih samar (mutasyabihat)
yang sangat sulit dimaknai oleh kecerdasan akal bila bukan karena
petunjuk-Nya. Berikut akan disajikan ayat-ayat Allah tentang surga alam
barzakh.
“Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga” (Q.S. Ar-Rahmaan : 46).
Menurut anda, apakah yang
disebut ‘dua surga’ pada ayat itu? Di alam keabadian (baik di alam
barzakh maupun sesudah Hari Kebangkitan) keberadaan surga itu sudah
dipersiapkan oleh Allah jauh sebelum Adam a.s. dan istrinya diciptakan.
Demikian juga neraka (tempat pembalasan untuk penyiksaan).
“Dan Kami berfirman: "Hai
Adam diamilah oleh kamu dan istrimu surga ini, dan makanlah
makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai,
dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk
orang-orang yang dzalim” (Q.S. Al-Baqarah : 35).
Datuk umat manusia telah
dikisahkan sebagai manusia yang sudah berada di surga sebelum akhirnya
diturunkan ke bumi akibat tidak mengindahkan peringatan Allah. Maka,
apabila kita merujuk kepada ayat terdahulu (Ar-Rahmaan : 46) dengan ayat
ini (Al-Baqarah : 35), manusia yang lahir sesudahnya kemudian meninggal
dunia dalam keadaan takut (takwa) kepada Allah, surga sudah
dipersiapkan untuknya: pertama, saat memasuki alam kubur (alam barzakh)
dan, kedua, sesudah Hari Kiamat.
Bagi yang memaknai lain dari
itu, pertanyaan yang muncul adalah: kalau surga hanya ada di Hari
Kemudian (sesudah Kiamat), ke manakah mereka arwah (kaum muttaqin) itu
ditempatkan? Adakah ‘tempat’ selain surga yang dimaksud pada ayat
tersebut? Saya meyakini, sebagaimana petunjuk yang saya dapati dari
dalam hati, dua surga itu dimaksudkan untuk di dua alam tersebut, yaitu
saat di alam barzakh dan saat tibanya Hari Kebangkitan diadakan.
Kemudian kita dapat memaknai ayat 169 surat Ali Imron yang telah disebut terdahulu, “…bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki.”
Keterangan rezeki bagi mereka adalah mendapatkan kenikmatan di surga!
Allah Swt telah menjelaskan rezeki yang dimaksud dengan penjelasan-Nya
sebagaimana ayat-ayat berikut ini.
“kedua surga itu mempunyai pohon-pohonan dan buah-buahan” (Q.S. Ar-Rahmaan : 48).
“Di dalam kedua surga itu ada dua buah mata air yang mengalir” (Q.S. Ar-Rahmaan : 50).
“Di dalam kedua surga itu terdapat segala macam buah-buahan yang berpasangan” (Q.S. Ar-Rahmaan : 52).
“Mereka bertelekan di atas
permadani yang sebelah dalamnya dari sutra. Dan buah-buahan kedua surga
itu dapat (dipetik) dari dekat” (Q.S. Ar-Rahmaan : 54).
Anda bahkan tidak menyadari, bahwa
pada diri anda ada dua orang malaikat yang mengawasi dan mencatat
seluruh amal perbuatan anda. Adakah, karena tidak dapat dijangkau oleh
penglihatan (mata), keyakinan bahwa mereka ada? Sebagaimana malaikat,
ruh juga ada dalam diri anda yang sangat sulit anda memahaminya
sekiranya belum diperkenankan Allah dapat mengenalinya! Jadi, keberadaan
ruh (arwah) hanya dapat dikenali apabila Allah memberi pengetahuan
(sedikit) kepada siapa yang Dia kehendaki!
Anda akan saya perlihatkan satu ayat lagi.
“Dan selain dari dua surga itu ada dua surga lagi“ (Q.S. Ar-Rahmaan : 62).
Apa lagi ini maknanya? Dua surga yang
telah disebut lebih awal menunjukkan keberadaannya di dua alam, yaitu
alam barzakh dan alam sesudah Hari Kebangkitan. Sedangkan di dalamnya
ada surga-surga, yang paling dikenal dalam Al-Qur’an adalah surga ‘Adn
dan surga Firdaus. Kedua surga ini diperlihatkan oleh Allah Yang Maha
Mulia dengan firman-Nya:
“kedua surga itu (kelihatan) hijau tua warnanya” (Q.S. Ar-Rahman : 64).
“Di dalam kedua surga itu ada dua mata air yang memancar” (Q.S. Ar-Rahman : 66).
Allah Swt menjelaskan ayat-ayat-Nya
agar menjadi pengetahuan umat manusia untuk direnungkan, bukan
disangsikan. Adanya surga-surga sebagai ‘hadiah’ yang disediakan oleh
Allah bagi yang meyakininya dan berharap mendapatkannya. Surga-surga itu
ada dan pasti ada! Bukan sebuah hayal atau dusta.
Surga di alam barzakh hanya
diperuntukkan bagi orang-orang yang beriman lagi beramal soleh
(muttaqin). Keberadaannya di dalam suatu Kerajaan yang didiami oleh
Baginda Muhammad Saaw! Beliau lah yang menduduki sebagai ‘Raja’-nya.
Mari kita perhatikan ayat berikut:
“Dan apabila kamu melihat di sana (surga), niscaya kamu akan melihat berbagai macam kenikmatan dan kerajaan yang besar” (Q.S Al-Insaan : 20).
Allah Azza wa Jalla mendudukkan
Rasul-Nya Saaw sebagai Pemimpin segala umat, dari Nabi Adam sampai umat
beliau sendiri! Dukungan terhadap kedudukannya tak terbantahkan oleh
para Nabi yang lain.
Arwah Kaum Kafir, Munafik, Musyrik dan Fasik
Ruh orang-orang yang telah memperoleh
kenikmatan, karena patuh dan tunduk kepada Allah, berbeda dengan manusia
yang ingkar (kafir), berbuat jahat, syirik, munafik, dan fasik.
Perwujudan mereka mengambil bentuk sebagaimana amaliahnya di dunia.
Anda sekiranya diberi karunia oleh Allah dapat ‘melihat’ arwah, maka
setiap ruh yang tidak diberi rezeki oleh Allah akan berbeda dengan jasad
(fisik) saat masih di dunia. Ada ruh manusia, yang berbentuk sebagai
tubuh manusia, tetapi wajahnya seperti seekor babi. Ada lagi yang
berwujud seperti seekor anjing yang menjulurkan lidahnya, yang air
liurnya keluar terus menerus. Ada juga yang asyik menarik-narik anggota
tubuhnya dengan kukunya sendiri. Yang lainnya, ada yang mukanya dipukuli
sendiri hingga berdarah-darah. Ada ruh yang bentuk tubuhnya manusia
tetapi berjalan dengan kepala, sedangkan kakinya berada di atas. Dan
banyak lagi keadaan ruh yang lainnya, bergantung bagaimana amalnya pada
saat di alam dunia. Allah Azza wa Jalla memberikan siksa (kubur) kepada
mereka hingga Hari Kebangkitan.
Adalah karena perbuatannya sendiri
akhirnya mereka menerima pembalasan (siksa) kubur! Allah Azza wa Jalla
telah mengingatkan mereka untuk ta’at dan tunduk hanya kepada-Nya! Saya
dapat menggambarkan, insya Allah, keberadaan mereka selain sebagaimana
gambaran di atas, yang menerima siksa (kubur). Secara fisik (jasad),
mereka akan mengalami dirinya seolah tak pernah utuh; secara berulang
tubuh (jasad) disiksa dan dibentuk ulang! Dalam keadaan sangat
mengerikan tubuhnya dicincang oleh penjaga kubur yang sangat kejam dan
tak ada rasa belas kasihan. Asal diketahui saja, sesungguhnya arwah
mereka lah yang menerima hukuman (siksa) di alam kubur, bukan jasadnya.
Hanya saja, secara fisik (jasad), seakan-akan jasadnya yang mengalami
penderitaan. Tak ada kesempatan baginya untuk bertobat! Bagi orang-orang
kafir dan musyrik, Allah Azza wa Jalla melanggengkannya hingga Hari
Kebangkitan tiba.
Adapun orang-orang yang waktu di
alam dunia telah dapat berbuat mengikuti aturan-aturan Allah, lalu
mengabaikannya, seterusnya ikut beribadah dan kembali lagi
mengabaikannya, bagi mereka akan diberi tangguh hingga ahli warisnya
mendo’akan. Apa maksudnya? Allah Maha Bijaksana menangguhkan pembalasan
(siksa) atas amal baiknya! Akan tetapi, terkait dengan dosa-dosanya, ia
pasti mengalami penyiksaan! Di alam dunia, ia telah mengikuti perintah
dan menjauhi larangan-Nya, namum ia sering berbuat dosa tanpa menyesal
(bertobat) untuk tidak mengulangi lagi!
Manusia yang seperti itu,
amal-amal baiknya lah yang menyebabkan adanya penangguhan (siksa) sampai
ia memperoleh do’a (rezeki) dari ahli warisnya (anak keturunan). Do’a
adalah senjata kaum beriman lagi berbuat bajik (soleh). Allah Swt akan
menggantikan do’a orang-orang yang mendo’akannya sebagai pemberian
rezeki kepadanya! Dalam hal ini, do’a anak-anak yang soleh untuk kedua
orang tuanya sangat makbul diterima langsung oleh keduanya yang
mengalami penderitaan! Sebagaimana janji-Nya, Allah Azza wa Jalla akan
mengantarkan do’a kaum mukmin yang bersungguh-sungguh dalam berdo’a
diijabah sebagai ‘hadiah’ yang akan diterima oleh mereka yang dido’akan!
Adanya rezeki yang disediakan
oleh Allah atas do’a ahli warisnya, maka seseorang yang sedang mengalami
siksa (kubur) dialihkan ke suatu ‘tempat’ yang aman! Mereka diberi
semacam ‘rumah peristirahatan’ hingga Hari Kiamat! Di alam kubur,
serangkaian siksa akan terus menerus ditimpakan kepada orang-orang kafir
dan para ahli syirik (yang selama hidupnya selalu menduakan Tuhan!).
Andaikan tidak ada
kemahabijaksanaan Allah, maka tak satu pun kaum muslim yang dapat
mengandalkan amal-amalnya terhindar dari siksa (kubur). Saya seakan tak
pernah percaya, bila bukan karena Al-Hikmah, bahwa begitulah keadaan manusia di alam kubur!
Allah Yang Maha Penyayang dalam
hal menanamkan keyakinan kepada siapa pun yang senantiasa merindukan-Nya
di dalam hati, maka Allah selalu menepati janji-Nya. Adakah yang dapat
bertambah keimanannya sekiranya Allah tidak memberinya kekuatan iman di
dalam hatinya?
“Dia-lah yang telah
menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan
mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan
kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana” (Q.S. Al-Fath : 4).
Sumber Klik Disini!
0 komentar: